Thursday, July 1, 2010

Edukasi Seks untuk Anak Tak Lagi Tabu

Pola pikir yang masih mengganggap edukasi seks tabu sebaiknya perlu disingkirkan. Karena dengan pemahaman yang baik dan komprehensif tentang tubuh dan seksualitas, rasa penasaran tidak sebesar ketika anak buta pemahaman mengenai seks dan masalah seputar reproduksi.

Khofifah Indar Parawansa, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) menjelaskan, perlu ada penjelasan yang lebih terbuka, pendampingan, dan edukasi yang lebih lengkap untuk anak. Persoalan edukasi seks sebaiknya tak hanya dibatasi seputar pengenalan organ tubuh, namun juga kesehatan reproduksi.

"Penjelasan mengenai masturbasi, memilih panty liner yang sehat, bagaimana merawat organ vital, menjadi pengetahuan yang perlu dijelaskan lebih terbuka, terutama kepada anak usia remaja (SMP hingga SMA)," jelas Khofifah kepada Kompas Female, usai penandatanganan kerjasama strategis organisasi perempuan Muslimat NU dengan Avrist Assurance, di Jakarta, Rabu (30/6/2010).

Sebagai pimpinan organisasi perempuan, Khofifah, memberdayakan kaum perempuan melalui berbagai komunitas kaum ibu seperti Majelis Taklim. Pertemuan para guru perempuan (Ustadzah) di kalangan NU juga menjadi kesempatan untuk menyampaikan pesan pentingnya pemahaman para pemuka agama dan kaum ibu mengenai edukasi seks. Dengan begitu, orangtua akan terbekali untuk mendidik dan mengasuh anak remajanya dengan lebih terbuka.

"Pola di Jawa Timur misalnya, dalam pertemuan para ustadzah, dokumen yang sudah dikumpulkan Muslimat NU lengkap dengan pendapat pakar, dasar hukum, serta visualisasi mengenai edukasi seks disampaikan. Para ustadzah ini adalah corong dan mereka mempraktekkan ilmu dalam komunitasnya di Majelis Taklim," jelas Khofifah, sambil menambahkan bahwa Muslimat NU merupakan organisasi perempuan di NU yang menyasar kaum ibu.

Program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) menjadi payung kegiatan edukasi seks berbasis pesantren, juga menjadi cara lainnya terkait edukasi seks.

Bahkan remaja yang menjadi sasarannya pun dilibatkan, dengan sebutan Pendidik Sebaya. Tentu saja keterlibatan remaja ini masih dalam koridor KRR dan monitoring dari orang dewasa.

"Informasi akan lebih mengena kepada remaja kalau disampaikan oleh rekan sebayanya," tandas Khofifah.

Diharapkan, semakin banyak anak dan remaja, serta orangtua, yang tak lagi tabu bicara seks. Entah itu disampaikan melalui individu, komunitas, atau sekolah. Setidaknya, dampak pergaulan bebas bisa semakin terminimalisasi karena anak sudah mengerti tubuhnya dan bertanggungjawab memeliharanya.

http://dede-health.blogspot.com

No comments:

Post a Comment