Botox kerap digunakan untuk mencegah keriput di wajah. Riset terbaru menemukan bahwa obat anti-kerut ini dapat juga membuat orang lebih bahagia dan meredam emosi negatif karena berhenti mengerutkan keningnya.
Teorinya adalah ketika seseorang tidak bisa meluapkan kekesalannya secara fisik, maka otak akan mengirimkan sinyal kesal tersebut dan biasanya akan tampak jelas pada kerutan di kening.
US Association for Psychological Science mengatakan bahwa orang akan tampak 'bahagia' dengan suntikan bahan kimia di keningnya, karena terlihat obat ini dapat menghentikan keriput.
Suntikan Botox adalah ukuran sementara yang mana sejumlah kecil toksin dapat melumpuhkan otot-otot, terutama otot yang dapat menyebabkan orang mengerutkan kening.
Peneliti dari University of Wisconsin melakukan pengujian pada 40 partisipan yang diberikan suntikan Botox ke keningnya. Partisipan itu kemudian diminta membaca serangkaian pernyataan tertulis dari orang-orang yang merasa 'marah', 'sedih' kemudian 'bahagia', baik sebelum dan sesudah penyuntikan.
"Sepertinya halnya kelumpuhan, Botox dapat menghambat gerakan alami tubuh yang dipengaruhi oleh emosi," David Havas, penulis penelitian, seperti dilansir dari Telegraph, Rabu (21/7/2010).
Ketika partisipan telah mendapatkan suntikan, maka kebanyakan akan membaca pernyataan yang negatif sedikit lebih lama dibanding ketika sebelum diberi suntikan Botox.
Menurut Havas, penundaan ini kecil tapi signifikan karena menunjukkan bahwa otak membutuhkan waktu lebih lama untuk memproses emosi negatif yang ditimbulkan dari pernyataan yang dibaca partisipan.
"Dalam ilmu psikologi, ada suatu ide yang menyerupai hal ini dan disebut dengan hipotesis umpan balik wajah," jelas Havas.
Pimpinan riset Profesor Arthur Glenberg menambahkan, biasanya otak akan mengirim sinyal ke pinggiran alis dan berkerut dan kerutan itu akan dikirim kembali ke otak sebagai respon emosi yang negatif.
"Tapi disini, ketika lingkaran kondisi tersebut terganggu oleh suntikan Botox, intensitas emosi dan kemampuan kita untuk memahami emosi disajikan dalam bahasa tubuh yang juga terganggu," tutur Prof Glenberg.
http://dede-health.blogspot.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment