Friday, January 1, 2010

Beras Merah Tangkal Kanker dan Diabetes

Dalam beras marah terdapat serat dan antioksidan, penangkal berbagai penyakit degeneratif, seperti kanker, diabetes, stroke, hipertensi, dan gangguan jantung. Bahan pangan ini juga kaya vitamin dan mineral.

Dalam era modern, kesehatan mendapatkan perhatian yang sangat besar dari masyarakat luas. Pemilihan menu makan pun mulai diperhatikan. Menjaga kesehatan adalah pencegahan terbaik terhadap aneka penyakit. Kesadaran masyarakat mengenai hal ini merupakan respon positif.

Sebenarnya upaya menjadi sehat tidak selalu mahal. Upaya kecil dapat menjadi tindakan menyehatkan, tanpa harus menguras dompet Anda. Beberapa upaya tersebut adalah: mengatur pola makan, mengendalikan gaya hidup, serta berolahraga secara teratur.

Terkait dengan pola makan, masyarakat dianjurkan mengonsumsi makanan yang memenuhi konsep gizi seimbang. Untuk menerapkan konsep itu, seseorang dianjurkan mengonsumsi beragam bahan pangan dalam sehari, yaitu 6-11 porsi sumber karbohidrat (roti, nasi, sereal, pasta, dll.), 2-4 porsi buah-buahan, 3-5 porsi sayuran, 2-3 porsi susu dan produk olahannya, serta 2-3 porsi daging, unggas, ikan, telur, dan kacang-kacangan. Sementara lemak, minyak, dan gula (pemanis) dianjurkan dikonsumsi dalam jumlah sesedikit mungkin.

Sumber karbohidrat yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia adalah beras. Konsumsi nasi sudah sangat membudaya di semua lapisan masyarakat, dari perkotaan hingga pelosok desa. Budaya yang sudah mengakar kuat ini menyebabkan banyak orang mengaku belum makan bila belum mengonsumsi nasi.

Budaya itu bahkan terbawa ke mana pun orang bepergian, termasuk bila ke luar negeri. Beberapa waralaba makanan cepat saji yang berasal dari luar negeri harus mengikuti selera pasar Indonesia. Restoran McDonald dan Kentucky Fried Chicken terbawa arus untuk menyediakan paket nasi, selain paket kentang goreng.


Oryza Sativa

Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan utama di dunia. Sentra produksi padi, yaitu Cina dan India, masing-masing sebesar 35 dan 20 persen dari total produksi dunia. Ada tiga tipe padi yang tumbuh di Asia, yaitu indica, javanica, dan japonica. Biji padi terdiri dari dug bagian, yaitu bagian yang dapat dimakan (rice caryopsis) dan kulit (hull atau husk).

Saat ini beras menjadi makanan pokok sebagian besar penduduk Asia, seperti Cina, Jepang, Korea, Vietnam, Malaysia, Filipina, dan tentu saja Indonesia. Beras umumnya dimasak sebagai nasi dan disantap dengan lauk-pauk. Beras juga dapat diolah menjadi makanan lain, seperti aneka kue, bihun, atau minuman beralkohol (brem bali atau sake jepang).

Beras merupakan butiran padi yang telah dipisahkan dari kulit luarnya atau sekam. Berdasarkan cara prosesnya dikenal beberapa jenis beras, yaitu beras tumbuk, beras sosoh, beras giling, beras pecah kulit (brown rice), beras kepala, beras patah, beras instan, dan pratanak (parboiled). Beras tumbuk dihasilkan dari gabah yang ditumbuk secara manual menggunakan lumpang. Beras giling diperoleh dari penggilingan gabah menggunakan huller.

Dalam proses penggilingan padi, gabah yang telah dihilangkan sekamnya disebut beras pecah kulit (BPK). BPK terdiri atas perikarp (1-2 persen), aleuron dan testa (4-6 persen), lembaga (2-3 persen), dan endosperma (89-94 persen).

Karena BPK rasanya kurang enak, beras itu kemudian disosoh untuk menghilangkan bagian luarnya. Hasil penyosohan BPK disebut beras sosoh atau beras giling.

Beras giling dibedakan berdasarkan ukuran bijinya. Bila biji beras berukuran lebih dari 2/3 biji utuh disebut beras kepala, ukuran 1/3-2/3 biji utuh disebut beras patah, dan bila lebih kecil dari 1/3 biji utuh disebut menir.

Semakin banyak bagian luar yang hilang, beras akan tampak makin mengilat, tetapi makin berkurang kadar gizinya. Proses penyosohan akan melepaskan kulit ari dan lembaga, sehingga membuang sebagian zat gizi yang ada pada bagian tersebut, yaitu protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat pangan (dietary fiber). Itu sebabnya kebiasaan memilih beras yang sangat putih dan bersih perlu ditinjau ulang karena menandakan beras tersebut miskin vitamin, mineral, dan serat.


Serat dan Lemak Eesensial

Jenis beras lain yang potensial untuk dikonsumsi karena pertimbangan kesehatan adalah beras merah. Sesekali kita perlu mengganti beras putih dengan beras merah yang lebih bergizi.

Jika tidak bisa mengganti seluruhnya, paling tidak beras merah dapat dicampur beras putih. Sebelum Anda mengatakan tidak untuk hal tersebut, sebaiknya Anda mengenal lebih jauh potensi gizi dan khasiat sehat beras merah.

Secara sederhana beras diklasifikasikan berdasarkan jenisnya menjadi beras putih, beras ketan, dan beras merah. Beras merah umumnya tidak mengalami penggilingan yang sempurna. Beras merah biasanya ditumbuk atau pecah kulit, sehingga kulit ari masih menempel. Kulit ari beras ini kaya serat dan minyak alami, sehingga dapat memberikan asupan gizi yang lebih baik bagi tubuh. Saat pemasakan, beras merah cenderung membutuhkan waktu lebih lama ketimbang beras putih.

Lemak yang terkandung di kulit ari beras umumnya lemak esensial. Lemak ini sangat penting untuk perkembangan otak. Kandungan serat alami dalam kulit ari juga memberikan efek kenyang dan membersihkan saluran pencernaan. Manfaat lainnya, menurunkan kadar gula dan kolesterol darah, sehingga sangat bermanfaat untuk mencegah diabetes melitus dan penyakit lain yang berhubungan dengan kolesterol, seperti aterosklerosis, penyakit jantung, stroke, dan hipertensi.

Perbedaan tekstur antara beras merah dan beras putih juga perlu diperhatikan, agar dapat diolah dengan lebih baik. Beras merah jenis long grain bersifat tidak lembut dan lunak, sedangkan yang short grain bersifat tidak lengket.

Umur simpan beras merahpun lebih pendek dibandingkan dengan beras putih. Kandungan minyak alami di dalam beras merah menyebabkan beras tersebut lebih mudah rusak dan memiliki umur simpan lebih pendek. Untuk mengatasinya, beras merah harus disimpan dalam tempat yang redup dan sejuk, tidak lebih dari tiga bulan. Umur simpan beras merah dapat diperpanjang dengan penyimpanan dingin.


Kendala Beras Merah

Saat ini beras merah kalah pamor ketimbang beras putih. Padahal, beras merah memiliki efek kesehatan yang jauh lebih baik daripada beras putih. Perhatian petani Indonesia terhadap beras merah pun kurang. Petani lebih fokus menanam padi yang menghasilkan beras putih. Namun, para petani di Gunung Kidul, Yogyakarta, tampil beda. Mereka turun-temurun menanam beras merah dari bibit milik mereka sendiri.

Kendala pengembangan beras merah antara lain produksinya masih rendah dan kalah dari padi unggul jenis terbaru, seperti IR-64. Sebagai perbandingan, satu hektar lahan pertanian dengan tingkat kesuburan sedang hanya menghasilkan beras merah sekitar 3-4 ton, tetapi mampu menghasilkan 5-6 ton padi jenis unggul.

Keterbatasan tersebut menyebabkan beras merah masih sulit ditemukan di pasaran. Hal itu pula yang membuat harganya relatif mahal, sehingga konsumen enggan membelinya. Konsumen akhirnya cenderung kembali lagi kepada beras putih. Hal ini patut disayangkan karena beras merah memiliki khasiat kesehatan yang sangat potensial.


Selang Seling dengan Beras Putih

Khasiat gizi dalam beras merah mungkin membuat kita ternganga. Namun, bukan berarti kita harus mencampakkan beras putih dan menggantinya dengan beras merah. Khasiat tersebut tetap dapat diperoleh bila beras merah dikonsumsi secara rutin, misalnya saat sarapan pagi. Beras putih tetap dapat dikonsumsi pada saat makan siang dan makan malam.

Dari segi tekstur dan rasa, mungkin kita perlu penyesuaian terlebih dahulu karena sangat berbeda antara beras merah dan beras putih. Bagi yang telah terbiasa dengan beras putih, tentu akan mengatakan beras merah kurang enak. Namun, lambat laun, kita akan terbiasa juga dengan tekstur dan rasa unik dari beras merah.

Kesulitan lainnya dalam mengonsumsi beras merah adalah menemukan beras merah itu sendiri. Saat ini beras merah tergolong langka, sehingga agak sulit mendapatkannya di pasaran. Bila pun tersedia, harganya lebih mahal dibandingkan dengan beras putih.

Untuk mendapatkan khasiat sehatnya, tentu ada harga sedikit mahal yang harus kita bayar atas beras merah. Apalah arti pengorbanan dari segi cita rasa dan biaya yang sedikit mahal itu bila dibandingkan dengan khasiat kesehatan yang telah dijanjikan.

Tidak ada salahnya jika mulai saat ini Anda mencoba mengonsumsi beras merah.


Cegah Kanker, Diabetes, dan Gondok

Khasiat beras merah bagi kesehatan telah dikenal sejak tahun 2800 SM. Para tabib zaman itu percaya bahwa beras merah memberi efek medis yang menenangkan. Penulis-penulis Asia Timur pun menyatakan beras merah mampu mengusir penyakit karena keseimbangan alamiahnya. Ahli makrobiotik zaman kini pun setuju akan hal itu.

Beberapa penelitian menunjukkan beras merah bisa menjadi sumber antioksidan yang baik. Antioksidan yang dihasilkan beras merah berasal dari pigmen antosianin. Pigmen antosianin juga terdapat pada buah-buahan sebagai pigmen yang memberikan tampilan warna merah.

Sebagai unsur trace element, selenium dalam beras merah memegang peran penting bagi tubuh. Selenium merupakan bagian penting dari enzim glutation peroksidase, yang merupakan katalisator untuk memecahkan peroksida menjadi komponen nontoksik. Peroksida akan bersifat toksik apabila berubah menjadi radikal bebas, yaitu mampu mengoksidasi asam lemak tidak jenuh pada membran sel. Apabila hal ini terjadi membran sel rusak dan terjadilah kanker.

Kandungan selenium dalam beras merah, walaupun sedikit, berperan dalam mencegah kanker dan penyakit degeneratif lainnya. Kadar selenium pada 100 gram beras merah 39 mikrogram. Kecukupan selenium untuk laki-laki usia 16 tahun ke atas adalah 70 mikrogram per hari, sedangkan untuk wanita di atas 16 tahun (tidak dalam kondisi hamil dan menyusui) 50-55 mikrogram per hari. Kandungan selenium dalam 200 gram beras merah telah mencukupi kebutuhan harian akan selenium.

Kemampuannya dalam mengubah peroksida menjadi komponen tidak beracun, menjadikan selenium berpotensi mencegah kanker dan penyakit degeneratif lainnya. Pakar dari the Arizona Cancer Center telah meneliti efek selenium terhadap 1.312 sukarelawan laki-laki dan perempuan dengan riwayat kanker kulit. Setengah dari jumlah mereka diberikan suplemen selenium sebanyak 200 mikrogram sehari.

Sukarelawan yang diberi suplemen selenium kemungkinan mendapatkan kanker prostat, kolorektal, serta paru-paru, 63, 58, dan 46 persen lebih rendah dibandingkan yang tanpa suplemen. Hasil tersebut memperkuat asumsi sebelumnya bahwa selenium berperan mencegah kanker.

Data dari survei geografi di Amerika Serikat memperlihatkan, wilayah yang tanahnya miskin selenium memiliki potensi kanker 10 persen lebih tinggi dibandingkan wilayah yang tanahnya kaya selenium. Pemberian selenium terbukti mampu mencegah kanker pada hewan percobaan.

Sebuah penelitian dilakukan terhadap wanita di Selandia Baru yang kandungan seleniumnya rendah. Penelitian oleh US Departement of Agriculture ini memberikan suplementasi selenium dengan kadar yang bervariasi selama enam bulan. Wanita dengan asupan selenium 400 mikrogram sehari memiliki mood dan level energi lebih tinggi daripada yang tidak diberi atau diberi kadar selenium lebih rendah.

Berdasarkan penelitian terhadap penderita gondok di Kabupaten Ngawi, selenium diduga berkaitan dengan penyakit gondok. Selenium ternyata berperan dalam pembentukan hormon T3 (triiodotironin) dan T4 (tetraiodotironin) yang berperan dalam pertumbuhan tubuh.

Kadar selenium yang rendah dapat menurunkan pembentukan T3 dan T4, sehingga pembentukan tiroksin rendah dan timbul penyakit gondok. Peran selenium tidak sebatas itu saja. Dari hasil penelitian tercatat, pasien yang tidak mengonsumsi selenium akan mengalami penurunan aktivitas enzim glutation peroksidase, sehingga badannya jadi lemah dan merasa nyeri otot berlebih.


Unggul Vitamin dan Mineral

Seperti beras putih biasa, kandungan utama pada beras merah adalah karbohidrat (lihat tabel). Kadar karbohidrat per 100 gram beras merah sekitar 77,6 gram.

Tabel. Komposisi gizi per 100 gram beras putih dan beras merah Komposisi Gizi Beras Putih Giling Beras Merah Tumbuk
Energi (kkal) 360 359
Protein (g) 6,8 7,5
Lemak (g) 0,7 0,9
Karbohidrat (g) 78,9 77,6
Kalsium (mg) 6 16
Fosfor (mg) 140 163
Besi (mg) 0,8 0,3
Vitamin A (SI) 0 0
Vitamin B1 (mg) 0,12 0,21
Vitamin C (mg) 0 0
Air (g) 13 13



sumber: Direktorat Gizi, Depkes (1992)

Tingginya kadar karbohidrat tersebut menyebabkan beras sangat ideal dijadikan bahan pangan pokok bagi penduduk di berbagai negara. Fungsi karbohidrat bagi tubuh sebagai penghasil energi utama. Sumber energi lainnya, protein dan lemak.

Selain sebagai sumber karbohidrat, beras juga merupakan sumber protein penting dalam menu masyarakat Indonesia. Kadar protein beras berkisar 6-8 gram per 100 gram bahan. Kadar protein beras merah sedikit lebih tinggi dibandingkan beras putih, yaitu masing-masing 7,5 dan 6,8 gram per 100 gram bahan.

Walaupun kadar proteinnya tidak setinggi kacang-kacangan, karena beras dikonsumsi dalam jumlah banyak setiap harinya, sumbangan proteinnya sangat bermakna bagi tubuh. Keunggulan lain protein beras adalah memiliki mutu terbaik dibandingkan dengan protein yang bersumber dari serealia lainnya.

Daripada beras putih, beras merah lebih unggul kandungan vitamin dan mineralnya. Beras merah mengandung vitamin B1 (thiamin) lebih tinggi ketimbang beras putih, masing-masing 0,21 dan 0,12 miligram per 100 gram bahan. Pria dewasa usia 20-59 tahun membutuhkan 1,2 mg thiamin per hari, sedangkan wanita dewasa cukup 1 mg per hari. Konsumsi satu kilogram beras merah sehari telah mampu memenuhi kebutuhan harian tubuh akan thiamin.

Thiamin berfungsi sebagai koenzim berbagai reaksi metabolisme energi, seperti dekarboksilasi oksidatif piruvat menjadi asetil KoA. Keberadaan thiamin memungkinkan masuknya substrat yang dapat dioksidasi ke dalam siklus krebs untuk membentuk energi. Tanpa kehadiran thiamin, perolehan energi dari suatu bahan pangan akan berkurang.

Kekurangan thiamin bisa mengganggu sistem saraf dan jantung. Jika tingkat defisiensinya berat, menyebabkan penyakit beri-beri. Gejala awal beri-beri, yaitu selera makan berkurang, gangguan pencernaan, sembelit, mudah lelah, kesemutan, jantung berdebar, dan refleks berkurang.

Kandungan mineral yang paling menonjol pada beras merah adalah kalsium dan fosfor. Kadar kalsium pada beras merah 16 mg per 100 g, sedangkan beras putih hanya 6 mg per 100 g. Kadar fosfor pada beras merah juga lebih tinggi dari beras putih, masing-masing 163 dan 140 mg per 100 g.

Pria usia 20-45 tahun dianjurkan mengonsumsi fosfor 500 mg per hari, sedangkan wanita 450 mg per hari. Konsumsi 300 gram beras merah telah memenuhi kebutuhan fosfor dalam sehari. Fosfor berfungsi mengaktifkan berbagai enzim dalam tubuh, yaitu melalui proses fosforilasi terlebih dahulu.

http://dede-health.blogspot.com

No comments:

Post a Comment