Anak Bermain Video Game
Temukan bagaimana caranya menentukan apakah sebuah game itu sesuai atau tidak untuk dimainkan, kelakuan mana yang menunjukkan akan menimbulkan masalah dan masih banyak lagi.
Mungkin tidak masalah bagi anda jika anak-anak anda bermain game di gadget atau di komputer, tetapi anda mungkin ingin tahu apakah berbahaya jika membiarkan anak anda menghabiskan begitu banyak waktu dengan game itu.
Inilah cara bagaimana anda bisa membantu anak anda menikmati keuntungan dari video game dan mencegah kemungkinan buruk yang mungkin terjadi.
1. Game ada peringatan batasan umurnya dan game punya alat pengontrol khusus bagi para orang tua.
The Entertainment Software Rating Board (ESRB) provides information about computer and video games, including a rating system with categories ranging from EC (Early Childhood) to AO (Adult Only). Cheryl K. Olson, ScD , faculty member of Harvard Medical School and author of Grand Theft Childhood: The Surprising Truth About Violent Video Games and What Parents Can Do, recommends that parents bookmark the ESRB’s "Resources" page , which links to instructions for the parental controls built in to all game systems and computers. The page also has “links to sites for your kids to get game information, links to game review sites for parents and a ratings app so parents can get more information about games while shopping.”
The Entertainment Software Rating Board (ESRB) adalah organisasi yang memberikan informasi tentang berbagai game komputer dan console, termasuk sebuah sistem batasan umur dengan berbagai kategori dari EC (Early Childhood) sampai ke AO (Adult Only).
Cheryl K. Olson, ScD, seorang dosen dari Harvard Medical School dan penulis buku Grand Theft Childhood: The Surprising Truth About Violent Video Games and What Parents Can Do, menganjurkan agar para orang tua harus menyimpan halaman web “Resources” dari ESRB yaitu , yang akan menghubungkan anda ke bagian instruksi-instruksi cara menggunakan alat pengontrol khusus bagi orang tua untuk semua sistem game dan komputer. Halaman web ini juga menghubungkan anda dengan situs-situs tempat anak-anak anda mendapatkan informasi game, dan situs-situs ulas balik game bagi orang tua juga sebuah aplikasi batasan umur jadi para orang tua dapat memiliki informasi yang lebih banyak lagi ketika sedang berbelanja game.”
2. Gambar pemberitahuan batasan umur tidak dapat menjadi satu-satunya cara untuk mengawasi anak kita.
Info dari ESRB dapat menjadi hal yang sangat membantu pada awalnya, tetapi juga tergantung pada perbedaan karakter pada masing-masing anak. “Batasan yang berdasarkan pada umur saja tidak dapat memberikan informasi yang cukup kepada para orang tua apakah game itu sesuai atau tidak buat seorang anak remaja,” kata dr. Olson. Pastikan anda membaca rincian tipe game sebagai tambahan selain pembatasan usianya. Rincian tipe gamenya bisa termasuk hal-hal seperti “Blood and Gore”(terdapat adegan keras dan berdarah) dan “Drug Reference (terdapat nama-nama obat dan cara pemakaiannya) .”
Dr. Olson juga mengemukakan bahwa “Orang tua harus lebih sering menaruh perhatian pada rincian tipe game seperti violance and gore, lirik game dan bahasanya juga sangat penting karena anak-anak suka mencontoh kata-kata yang kasar daripada kata-kata fantasi seperti yang berhubungan dengan zombie atau alien.” Hal paling penting untuk diingat tentunya seberapa mungkin sebuah game dapat memberi efek terhadap hubungan sosial dan tingkah laku di sekolahnya. Ketika ragu, dr. Olson menyarankan agar para orang tua menyewa game tersebut terlebih dulu untuk melihat bagaimana reaksi si anak ketika memainkan game itu---atau main bersama mereka, jika dimungkinkan.
3. Pengawasan merupakan sebuah kunci utama.
“Hal paling sederhana yang bisa dilakukan oleh para orang tua adalah menempatkan semua alat-alat elektronik anak-anak anda seperti game playstation, tv dan komputer diluar kamar tidur mereka,” nasehat dr. Olson. Jika itu tidak dapat dipraktekkan, lalu aturlah pengatur waktu pada alat-alat elektronik tersebut sebelum tidur, gunakan alat pengatur khusus buat orang tua untuk membatasi waktu main dan jalur untuk terhubung ke game yang khusus dewasa.” Penelitian dr. Olson menunjukkan bahwa anak sekolah menengah main game lebih lama, dan memainkan lebih banyak game yang tidak sesuai dengan usia mereka, ketika mereka memiliki keleluasaan bermain tanpa diawasi di kamar tidur mereka. “ Tetapi alasan paling utama kenapa harus mengawasi mereka adalah barang-barang teknologi di kamar tidur bisa mengganggu tidur anak-anak, dan sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan anak dan proses pembelajaran di sekolah,” tambah dr. Olson.
4. Peraturan rumah tangga dapat diberlakukan untuk barang-barang teknologi juga.
Menurut keterangan dr. Olson,” Beberapa anak-anak perlu pengawasan yang khusus dari yang lain; jika anak anda secara konsisten mempunyai kendala dalam mengontrol dirinya untuk melepaskan game dan pergi mengerjakan PR dari sekolah, coba batasi atau larang mereka memainkan game pada hari-hari pulang sekolah, dan hanya membiarkan mereka main game bersama teman-teman mereka pada akhir minggu.” dr. Olson juga mengigatkan para orang tua untuk memikirkan kesulitan mereka sendiri dalam menangani barang-barang teknologi, seperti smartphone dan laptop, pada malam hari; jangan menaruh harapan pada anak-anak anda bahwa mereka bisa mengontrol diri mereka sendiri lebih baik dari anda.
5. Terlalu sering main game akan menimbulkan masalah perhatian.
Penelitian yang dimuat di tabloit Journal Pediatric edisi Agustus 2010 menemukan bahwa terdapat hubungan erat antara TV, video game dengan masalah menaruh perhatian dari anak-anak. Michael Wager, PHD, seorang psikolog di Thomasville, Georgia, mencatat bahwa anak-anak dan para remaja yang mengalami ADHD (Attention deficit hyperactivity disorder )( semacam kelainan perilaku pada anak-anak seperti hiperaktif dan kurang perhatian)” lebih sering mendapatkan pengalaman berhasil dan menyenangkan dalam bermain video game, dan mereka menjadi tidak memperhatikan segala sesuatu yang berada disekelilingnya, mereka menjadi kecanduan. Bagaimanapun juga,mereka terus melakukan sesuatu yang menyenangkan yang dapat memberikan mereka kesenangan dari pengalaman berhasilnya itu---daripada melakukan segala hal yang kadang membawa hasil negatif.” dr. Wager menekankan betapa pentingnya menjaga keseimbangan fungsi dari video game.
6. Bermain game bukanlah hal yang perlu dilakukan ketika sedang tidak mempunyai aktifitas.
Berbalikan dengan pendapat pada umumnya yang menyatakan bahwa anak-anak yang lebih sering memainkan video game dan peralatan teknologi yang lain mempunyai kecenderungan naik tingkat obesitasnya, sebuah studi baru dari Universitas di negara bagian Michigan yang dimuat dalam tabloit Computers in Human Behavior edisi Januari 2011 menemukan bahwa teknologi bukanlah sebuah alat peramal buat ukuran tubuh atau berat badan. Lebih tepatnya, tidak beraktifitas secara umum mempunyai hubungan dengan masalah kenaikan berat badan, jadi pastikan untuk membantu anak anda untuk menjaga keseimbangan antara waktu dan aktifitas fisiknya. Beruntungnya, anak-anak anda dapat melakukan dua hal itu secara bersamaan dengan memainkan game fitness pada Nintendo Wii atau Xbox Kinect. Faktanya, sebuah studi dari universitas di negara bagian Kent yang dimuat pada edisi Mei tahun 2010, menemukan bahwa anak- anak yang mempunyai berat badan lebih atau anak anak yang obesitas memang lebih senang memainkan game Wii daripada memainkan video game yang tidak memerlukan gerakan.
7. Beberapa anak-anak memainkan video game sebagai pengganti dari aktifitas interaksi sosialnya.
Sebuah studi di Amsterdam yang juga dimuat dalam tabloit Computers in Human Behavior edisi Januari 2011 menemukan bahwa beberapa permainan game mempunyai pengaruh terhadap harga diri dan kemampuan menjalin hubungan sosial, dan kesepian juga merupakan sebuah pemicu atau konsekuensi yang menimbulkan perilaku ingin main game itu. Anda harus berhati-hati akan masalah yang akan ditimbulkan dari perilaku ingin main game ini jika anak anda terus berada dalam kondisi seperti ini. Buatlah sebuah batasan yang wajar dan carilah bantuan buatnya jika dia perlu bantuan untuk memperbaiki hubungan sosial atau kemampuan mengendalikan emosinya (emotional intelligence). Felissa Goldstein, MD, seorang dokter penyakit jiwa anak dan remaja di Pusat Pengembangan Jaringan Saraf Anak dari Marcus Austism Center di Atlanta, menasehati agar para orang tua dapat ikut mendorong para anak-anak agar mau memainkan game yang membutuhkan dua pemain, karena “penutupan diri terhadap lingkungan sosial banyak terjadi akibat dari permainan game yang hanya melibatkan satu pemain saja,” katanya.
Sumber : erabaru
No comments:
Post a Comment