Sunday, February 27, 2011

Khasiat Obat Berbeda di Setiap Ras

Obat-obatan yang berkhasiat untuk mengobati penyakit orang Eropa belum tentu cocok bagi orang Indonesia. Setiap ras membawa sifat genetik berbeda-beda dan memberikan respon yang berbeda pula terhadap obat-obatan.

"Beberapa jenis obat hanya diuji coba pada orang-orang dari ras Kaukasia, padahal obat yang bekerja pada mereka belum tentu bekerja pada orang Indonesia," kata Profesor Sangkot Marzuki, Direktur Institut Biologi Molekuler Eijkman dalam Journalist Scientific Gathering di Jakarta, Rabu (19/4).

Hasil penelitiannya bersama para peneliti lain di Eijkman menunjukkan 15 hingga 40 persen penduduk di Indonesia memiliki allel atau kelompok gen CYP2C19. Gen tersebut membawa sifat metabolisme yang buruk (poor metabolizer) terhadap obat tertentu, misalnya diazepam, proguanil, atau amitriptyline. Penelitian ini dilakukan terhadap 5.000 sampel dari sekitar 40 populasi etnis di Indonesia.

"Artinya, tubuhnya tidak merespon obat-obatan dengan baik sehingga sebagian obat-obatan yang diminumnya akan mengendap," kata Herawati Sudoyo, salah satu peneliti lainnya. Jika konsumsi obat-obatan dilakukan dalam waktu lama, lanjut Herawati, endapannya akan bersifat toksik atau racun dalam tubuh.

Gen-gen tunggal yang membawa sifat tidak menguntungkan tersebut merupakan hasil mutasi dalam jangka panjang. Hal tersebut terjadi selama proses migrasi manusia dari nenek moyangnya di Afrika hingga ke Austronesia termasuk Indonesia.

Radiasi sinar-X, kontaminasi zat kimia, dan kondisi lingkungan adalah beberapa faktor yang menyebabkan error atau kerusakan fungsi gen. Sayangnya, sebagai cetak biru suatu makhluk hidup, gen yang terlanjur rusak akan terus diturunkan.

Itulah mengapa penguasaan mengenai farmakogenomik - hubungan obat dengan sifat genetik - menjadi sangat penting dalam proses pembuatan obat saat ini. Obat-obatan untuk setiap orang harus sesuai dengan kemampuan respon tubuhnya.

No comments:

Post a Comment