Friday, May 21, 2010

KOMSUMSILAH HERBAL YANG SUDAH DIAKUI

PENGGUNAAN obat herbal di kalangan masyarakat cukup tinggi. Terbukti dari semakin larisnya produk obat herbal seperti jamu maupun jenis obat herbal lain yang telah dikemas dalam bentuk kapsul maupun tablet di pasaran.

Hanya saja, masyarakat harus bisa memilih obat herbal yang aman digunakan. Terutama dari kualitas penyajian hingga pengemasan. “Selama ini upaya beralih ke obat herbal masih sulit dilakukan karena khasiat dan keamanannya belum terjamin, kandungan senyawa aktifnya belum terstandar, sehingga sulit menentukan dosis pemakaian

Hal itu karena sebagian besar obat tersebut merupakan obat yang dibuat dari tanaman yang dipercaya dari nenek moyang sebagai obat. Namun hanya sebagian kecil dari tanaman itu yang sudah diteliti secara ilmiah dan teruji klinis. “Biasanya obat itu dipercaya khasiatnya hanya berdasarkan pengalaman empiris

Berbeda dari obat yang sering digunakan dokter. Obat itu sudah teruji secara farmakologi, sehingga dosisnya sudah disesuaikan berdasarkan tingkat penyakit dan usia penggunan. “Misalnya parasetamol memang obat panas. Jika digunakan satu tablet pada orang demam, bisa menurunkan panas.

Sementara terkadang dosis obat herbal belum jelas. Apalagi jika dibuat sendiri di rumah, misalnya bunga kembang sepatu yang dikenal untuk penurun panas. Berapa banyak jumlah kembang sepatu yang bisa digunakan untuk bisa menurunkan panas seseorang belum jelas. “Sekadar coba-coba saja, tapi dipercaya memang bisa menurunkan panas.

Memang efek samping penggunaan obat herbal lebih minim, karena kandungan pada bahan alam umumnya bersifat seimbang dan saling menetralkan. Jadi efek samping obat herbal jauh lebih kecil dibandingkan obat sintesa. Misalnya temulawak, kunyit, jahe, dan lainnya.

Namun dalam pemilihannya, perlu diperhatikan apakah produk yang dijual bebas di pasaran itu sudah distandardisasi, misalnya sudah mendapatkan izin BPOM. Jika penyajian dan pengemasannya asal-asalan, bisa saja obat yang semula bermanfaat terkontaminasi toksid. Sehingga bukan mengobati, malah bersifat racun.

obat herbal produk lokal di Indonesia jarang menimbulkan efek berbahaya karena sudah dikenal turun-temurun. Namun obat-obat yang sudah dijual bebas sebaiknya memiliki standar pemakaian yang jelas. Termasuk jika pasien juga mengonsumsi obat dokter. Bagaimanapun penggunaan bersamaan bisa menimbulkan interaksi yang merugikan. Hal itu bisa terjadi pada interaksi obat herbal dengan obat modern atau interaksi antarobat modern yang reaksinya berlawanan atau mengurangi efek terapi.

Interaksi obat modern dan makanan atau minuman yang mengandung zat tertentu bisa merugikan jika tidak jelas aturan pakainya. Minum alkohol dengan asetosal, misalnya, dapat menyebabkan perdarahan lambung. Minuman kaya CO2 (minuman ringan) berpotensi menyebabkan perdarahan kapiler jika diminum dengan obat penurun tekanan darah. Intinya obat herbal boleh dikonsumsi, tapi yang sudah ada standardisasasinya.

Namun lebih baik obat itu dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter. Apalagi jika memang juga mendapatkan resep dari dokter. Perhatikan juga kandungan dan komposisi obat itu.
int(*)

No comments:

Post a Comment