Wednesday, June 23, 2010

Tes Urin Cegah Komplikasi Ginjal

Deteksi dini, pengobatan, dan pengendalian tekanan darah secara ketat melalui pemeriksaan mikroalbuminuria dapat mencegah komplikasi akibat penyakit diabetes. Salah satu cara efektif memeriksa albuminuria adalah dengan dipstick atau cek urin tahunan.

Hampir 25 persen penderita diabetes dengan tekanan darah tinggi memiliki risiko mengalami komplikasi lebih serius jika lalai menjalani dipstick atau cek urin tahunan. Kenyataan ini terbukti di enam negra Asia Tenggara termasuk Indonesia.



Dipstick didesain untuk mendeteksi di dalam uirn (albuminuria) yang merupakan pertanda kemungkinan adanya gangguan fungsi ginjal. Gangguan fungsi tersebut berpotensi menjadi gagal ginjal. Gangguan ginjal disertai tekanan darah tinggi maupun diabetes ataupun keduanya dapat menurunkan kemampuan membendung bocornya protein ke dalam urin.

Tes urin merupakan cara sederhana untuk mengetahui dan menyakinkan apakah seorang memiliki masalah pada ginjalnya. Cara ini sebenarnya telah direkomendasikan untuk dilakukan oleh Asosiasi Diabetes Amerika atau The American Diabetes Association.

Belum tahu
Penelitian mengenai masalah ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2004 oleh Isis Research bekerja sama dengan Sanofi-Aventis, tujuannya untuk meningkatkan kepedulian atau kesadaran akan resiko gangguan gunjal pada pasien hipertensi diabetik, dan pentingnya deteksi dini serta pengobatannya.

"Kemajuan yang jelas telah terlihat yakni adanya manfaat positif dengan tes urin tahunan," tutur Prof. Budhi Setyanto, seorang dokter dari Pusat jantung Nasional Harapan Kita, menanggapi survei tersebut.

Meski begitu, ia mengingatkan diabetesi dengan hipertensi tetap perlu berkonsultasi dengan dokter mengenai pentingnya tes tahunan ini guna mendeteksi albuminuria sejak dini. Ia juga mengemukakan bahwa sebagian besar repsonden belum mengetahui pentingnya melakukan tes tersebut.

Di Filipina dari 81 persen diabetesi yang telah menjalani tes, hanya 66 persen yang tahu manfaat tes tersebut. Di Thailand dengan survei mencapai 92 persen, 50 persen diabetesi belum tahu untuk apa tes tersebut. DI Singapura, dari 86 persen responden yang menjalani tes hanya 70 persen yang tahu tujuannya.

Di Indonesia, dari 56 persen diabetesi yang menjalani tes, hanya 51 persen yang tahu, sedangkan di Malayasia, dari 68 persen, hanya 52 persen yang paham tujuannya. Kalau dirata-rata, 76 persen dari mereka yang menjalani tes tahunan, hanya 54 persen yang tahu tujuannya.

Berpeluang Bocor
Kenyataannya, hampir 80 persen diabetesi menderita hipertensi. Diabetesi dengan mikroalbuminuria, 19 persen hingga 25 persen berpeluang mengalami kebocoran protein dalam jangka waktu 3 hingga 5 tahun.

Secara global diabetes juga telah menjadi penyebab utama gagal ginjal terminal atau End Stage Renal Disease (ESRD). Apalagi, sejauh ini belum ada obat-obatan yang mampu menyembuhkan ESRD, kecuali hemodialisa dan kemungkinan transplantasi ginjal.

Namun, tes yang sederhana ini dapat mengindentifikasi gangguan sebelum diabetesi memiliki resiko kesehatan yang serius. Tes ini mendeteksi protein dalam urin dengan cukup efektif untuk memperlambat dan memperbaiki kerusakan ginjal pada diabetesi, penderita hipertensi, maupun keduanya melalui pengguna Angiotebsion Receptor Blocker (ARB), seperti irbesartan (Aprovel).

Ada baiknya diabetesi atau penderita hipertensi rutin melakukan tes urin tahunan, agar ginjal hidup lebih lama.

Diabetesi terkini


Diabetes merupakan penyakit global yang terus menanjak. Saat ini diketahui terdapat lebih dari 190 juta penderita diabetes di seluruh dunia.

Gambaran ini diproyeksikan meningkat lagi menjadi 330 juta pada tahun 2025. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan populasi, meningkatnya jumlah orang berusia lanjut, urbanisasi, pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat.

Diabetes dbagi menjadi 2 kategori, tipe 1 biasanya terjadi selama anak-anak atau remaja, dan tipe 2 yang sering terjadi setelah umur 45 tahun.

Diebetes adalah penyakit kronis, kondisi seumur hidup yang membutuhkan kontrol secara hati-hati. Tanpa manajemen yang baik, diabetess menimbulkan berbagai komplikasi seperti penyakit kardiovaskular, gagal ginjal, kebutaan, dan gangguan saraf.

Kisaran prevanlensi diabetes dari terendah 3,1 persen di Filiphina dan tertinggi 12,1 persen di Hong Kong. Di Thailand 3,7 persen, Singapura 11,3 persen, Malaysia 6,3 persen dan Indonesia 4,6 persen.

Diabetes dan hipertensi merupakan risiko tertinggi untuk komplikasi ginjal.

Hubungan antara diabetes dan komplikasi gunjal adalah kompleks. meski demikian yang penting untuk dimengerti, diabetes adalah penyebab utama dari gagal ginjal terminal (ESRD; End Stage Renal disease).

Hampir mendekati 43 persen dari semua kasus baru ESRD disebabkan oleh diabetes. Sekitar 80 persen diabetik tipe 2 umumnya juga menderita hipertensi.

Pada penderita diabetes tipe 2 dan hipertensi beresiko besar untuk terjadinya mikroalbuminuria. Nefropati diabetik adalah penyakit progresif yang memakan waktu beberapa tahun untuk perkembangannya.

Tes urin tahunan akan membantu mendeteksi kebocoran kecil protein (mikroalbuminuria).

Skrining mikroalbuminuria tahunan direkomendasikan oleh Asosiasi Diabetes Amerika (ADA atau American Diabetes Association). Mikroalbuminuria merupakan indikator paling dini dari masalah ginjal pada pasien diabetes.

No comments:

Post a Comment